Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sejarah diprovinsi Bengkulu
mungkin salah satu sejarah provinsi di Indonesia yang paling kabur
karena sedikitnya sumber-sumber bersejarah baik lisan, benda, tulisan
ataupun bangunan di provinsi Bengkulu. Sejarah provinsi Bengkulu secara umum adalah :
Masa Pra-Islam
Masa Masuknya Islam
Masa Kolonial
Masa Setelah Kemerdekaan Bengkulu Di Masa Pra-Islam. Zaman prasejarah Bengkulu sudah dihuni manusia. Para pendatang dari Asia
berbaur dengan manusia purba sekitar 4000 – 2000 SM. Sebagian masuk ke
pedalaman, sementara yang lain menghuni daerah pantai. Ini merupakan
cikal bakal suku bangsa Neo-Malayan. Bagian suku bangsa itu antara
lain : suku Rejang (Rejang Lebong dan Bengkulu Selatan), Serawai /
Pasemah (Bengkulu Selatan), Kaur (Bintuhan), Lembak di Kota Bengkulu dan
sekitar Kepala Curup). Bengkulu (Kota Bengkulu) dan suku Katahun
(Muko-muko).
Bengkulu Di Masa Awal Kedatangan Islam. islam masuk ke Bengkulu pada abad XV (dari jawa). Perang Bengkulu-Aceh
terjadi dua kali pada abad XVI dan XVII. Kesultanan-kesultanan di
Bengkulu ketika itu: Selebar, Sungai Limau, dan Anak Sungai. Armada Aceh
membuka serangan ke Selebar. Kapal induk Aceh menunggu di laut bersama
induk pasukan, sedangkan kapal-kapal yang lebih kecil memasuki Sungai
Serut. Pihak Selebar mampu menahan serangan itu karena menutup Sungai
Serut dengan rintangan sehingga kapal induk Aceh tidak mampu memberi
bantuan pada pasukannya yang lebih dahulu masuk.
Masuknya Kolonial Ke Bengkulu.
1664 – VOC mendirikan perwakilan di Bengkulu, namun enam tahun
kemudian Belanda menutup sementara kantornya dan dibuka kembali tahun
1824.
24 Juni 1685 Inggris masuk ke Bengkulu, namun mereka mendarat di
Pulau Tikus ( 1 km dari kota pusat kota Bengkulu) dan disambut oleh agen
niaganya. Mereka tidak masuk ke pelabuhan Selebar (daerah Pulau Baai)
karena kapal Sultan Banten dan kapal Belanda sedang bersandar di sana.
16 Agustus 1695 Perjanjian Inggris – Bengkulu ditandatangani. Isinya
monopoli lada, izin membangun loji, dan mengadili penduduk yang berbuat
salah. Inggris terus memperluas wilayahnya sampai ke Muko-muko.
1692 Inggris mendirikan pos di Triamang, Lais, Ketahun, Ipuh,
Bantal, Seblat (1700), selanjutnya Pada tahun 1701 mereka memperluas
daerah ke arah Seluma, Manna, Kaur, dan Krui.
1718 Inggris membangun benteng Marlborough, sebelumnya sudah
didirikan benteng York. Rakyat Bengkulu merupakan ancaman bagi Inggris.
Di Bantal, Muko-muko, pemberontakan rakyat dipimpin Sultan Mansyur dan
Sultan Sulaiman. Itu sebabnya Inggris merasa perlu membangun benteng
tersebut. Pemberontakan itu (1719) membuat Inggris kawatir dan akhirnya
meninggalkan Bengkulu.
1724 Inggris kembali lagi. Dengan perjanjian yang lebih lunak yang di tanda tangani pada 17 April 1724
15 Desember 1793 Captain Hamilton, pimpinan Angkatan Laut Inggris
dibunuh rakyat Bengkulu. Dan pada 1807 rakyat Bengkulu kembali membunuh
Residen Thomas Parr.
17 Maret 1824 Traktaat London (Perjanjian London) yang berisikan
pertukaran daerah koloni antara Inggris dan Belanda. Tercantum, Bengkulu
diserahkan kepada Belanda oleh Inggris dan Belanda menyerahkan
Singapura kepada Inggris.
Dalam perjalanan sejarah Indonesia, Provinsi Bengkulu juga mempunyai
peranan yang menonjol. Menurut catatan Prof. DR. Haji Abdullah Siddik
(Sejarah Bengkulu : 1500-1990, Balai Pustaka, 1996), di era penjajahan,
Bengkulu sudah menyita perhatian negara-negara kolonilis Barat, terutama
karena hasil buminya yang melimpah. Tahun 1511 para pedagang Eropa
terutama Inggris dan Belanda mulai ramai melakukan pelayaran menyusuri
pantai Barat Sumatera dari Aceh, melalui Selatan Sunda lalu ke Banten.
Tahun 1685, dengan alasan perluasan kebun lada Inggris mulai menetap
di Bengkulu. Saat itulah dimulai era tanam paksa lada terhadap rakyat.
Tercatat, Inggirs bertahan selama 139 tahun di Bengkulu. Penderitaan
rakyat Bengkulu terus berlanjut dengan peralihan kekuasaan dari Inggris
kepada Belanda, tahun 1724, sebagai konsekwensi perjanjian mereka
(Traktat London). Bahkan kekejaman penjajah memuncak saat Jepang
menguasai Tanah Air.
Pendudukan tanpa rasa kemanusiaan itu tidak hanya melahirkan
penderitaan bagi rakyat. Tapi juga membangkitkan perlawanan akibat telah
diinjak-injaknya nilai luhur dan tradisi luhur masyarakat sekitar.
Lebih seabad kemudian, aksi heroik menentang penjajahan masih terus bisa
disaksikan. Sumbangsih rakyat Bengkulu terhadap kemerdekaan Indonesia
tidak bisa begitu saja dihilangkan. Termasuk dalam periode
mempertahankan kemerdekaan.
23 Februari 1942 Jepang masuk kota Curup dan terus ke kota Bengkulu dan banyak membantai rakyat.
Bengkulu Di Masa Setelah Kemerdekaan.
Bengkulu yang ditetapkan sebagai provinsi pada 18 November 1968 itu,
kini memiliki sepuluh kabupaten/kota, yakni Kota Bengkulu, Kabupaten
Rejang Lebong, Kabupaten Lebong, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Bengkulu
Utara, Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten
Bengkulu Selatan, Kabupaten Kaur dan Kabupaten Seluma.
Bengkulu juga menjadi salah satu mata rantai yang selalu dicatat oleh
sejarah. Salah satu alasannya karena di bumi Rafflesia ini pula,
Soekarno presiden pertama Republik Indonesia pernah menjalani
pengasingan oleh pemerintah kolonial, selama empat tahun, 1938-1942.
Seokarno kemudian menemukan cintanya di sini. Dia terpikat hati dengan
salah seorang putri warga Muahammadiyah bernama Fatmawati. Putri yang
dilahirkan di Desa Malabero, Kota Bengkulu, 5 Februari 1923 ini
merupakan anak tunggal dari pasangan Hasan Din (Tokoh Muhammadiyah
Bengkulu) dan Siti Chadijah.
Seokarno menikahi Fatmawati tahun 1943, ketika itu Fatmawati tepat
menginjak usia 20 tahun. Pasangan itu dikaruniai lima anak, yakni Guntur
Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri,
Sukmawati Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra.
Ketika Seokarno menjadi Presiden Republik Indonesia, Ibu Fatmawati
menjadi seoranh ibu negara. Bendera pusaka merah-putih yang dikibarkan
saat Proklamasi 17 Agustus 1945 tak lain adalah jahitan tangan Bu Fat.
Pada tanggal 18 November 1968, atas dasar UU No. 9/1967 Junkto
Peraturan Pemerintah No. 20/1968, Keresidenan Bengkulu diresmikan
menjadi salah satu Provinsi di Republik Indonesia yang ke-26 dengan Ali
Amin sebagai Gubernur Bengkulu.